Konjungsi (Kata Penghubung)

Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan antar klausa, antarkalimat, dan antarparagraf. Kata penghubung antarklausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat di awal kalimat (setelah tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya), dan kata penghubung antarparagraf letaknya di awal paragraf

Macam-macam kata penghubung dan fungsinya :

1. Kata Penghubung Aditif (gabungan)
Kata Penghubung aditif (gabungan) adalah konjungsi koordinatif yang berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam kedudukan yang sederajat, misalnya: dan, lagi, lagi pula, dan serta.

2. Kata Penghubung Pertentangan
Kata penghubung pertentangan merupakan konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat dengan mempententangkan kedua bagian tersebut. Biasanya bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada yang pertama, misalnya : tetapi, akan tetapi, melainkan, sebaliknya, sedangkan, padahal, dan namun.

Baca lebih lanjut? Mau download

MEMBACA SKIMMING DAN SCANNING

Skimming adalah cara membaca untuk mendapatkan ide pokok. Pengertian lain menyatakan bahwa skimming adalah tindakan untuk mengambil inti sari atau sari pati dari suatu hal. Skimming adalah teknik membaca dengan cara menyapu halaman.

Disamping skimming, ada istilah membaca yang lain yaitu scanning. Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan informasi tanpa membaca yang lain - lain; jadi, langsung pada permasalahan yang dicari.

Dengan bahasa lain, skimming dan scanning adalah bagian dari teknik membaca cepat. Skimming dan scanning adalah teknik membaca cepat yang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang dihadapkan pada banyak literatur sementara hanya ada sedikit waktu untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

Ingin membaca materi ini lebih lanjut?
Unduh materi ini? SILAKAN KLIK DI SINI

Tugas Keempat

Ini adalah tugas menulis keempat tentang argumentasi dan eksposisi
Silakan KLIK di sini

Membaca Indah


Membaca Indah adalah bagian dari membaca NYARING. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dgn menyuarakan tulisan yg dibacanya dgn ucapan dan intonasi yg tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yg disampaikan oleh penulis, baik yg berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis. Membaca dalam konteks membaca indah dapat diartikan sebagai membaca untuk orang lain, dengan tujuan agar orang lain paham (a) paham dgn informasi yg didengar, (b) tertarik, bersemangat, antusias, bisa ikut merasakan

Download ppt membaca indah silakan KLIK di sini

Pengantar Membaca dan Menulis

Slide (ppt) I. Membaca dan Menulis sebagai bentuk keterampilan berbahasa (Pengantar Mata Kuliah Keterampilan Bahasa Indonesia I).
Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi. Keterampilan berbahasa mencakup menulis, berbicara, membaca, dan mendengarkan.

Pengantar Materi membaca


1. Hakikat Membaca

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Ruang lingkup pembelajaran bahasa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan/menyimak dan membaca (disebut keterampilan reseptif); berbicara dan menulis (disebut dengan keterampilan aktif/produktif).

Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan reseptif di samping keterampilan mendengarkan. Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi. Hal ini didukung oleh beberapa definisi berikut ini. Hodgson (dalam Tarigan, 1985:7) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.

Pendapat lain menyatakan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.

Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambanglambang bahasa tulis. Hal ini sesuai dengan membaca pada level rendah. Finochiaro dan Bonono (1973:119) menyatakan bahwa membaca adalah proses memetik serta memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Batasan ini tepat dikenakan pada membaca literal. Di pihak lain, Thorndike (1967:127) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir atau bernalar.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isinya. Pengucapan tidak selalu dapat didengar, misalnya membaca dalam hati. Selanjutnya, membaca merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari menyimak, berbicara, dan menulis. Sewaktu membaca, pembaca yang baik akan memahami bahan yang dibacanya. Selain itu, dia bisa mengkomunikasikan hasil membacanya secara lisan atau tertulis. Dengan demikian, membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Jadi, membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, proses aktif, bertujuan, serta memerlukan strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca.

Syafi’ie (1999:6–7) menyebutkan, hakikat membaca adalah: (1) Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan. (2) Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. (3) Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai. (4) Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. (5) Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. (6) Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinyasesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. (7) Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna.

Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.

2. Tujuan Membaca

Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu: (a)  Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik. (b)  Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga). (c) Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki. (d) Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk memahami surat-surat bisnis.(e) Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia. (f)  Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagaimana dilaporkan dalam koran, majalah, laporan). (g) Memperoleh kesenangan atau hiburan.

Anderson (dalam Tarigan, 1985:9–10) merumuskan tujuan membaca sebagai berikut: (1) menemukan detail atau fakta, (2) menemukan gagasan utama, (3) menemukan urutan atau organisasi bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, dan (7) membandingkan atau mempertentangkan”.

Selanjutnya, Nurhadi (1989:11) menyebutkan bahwa tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Sebaliknya, secara umum, tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan.

Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca.

 3. Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (1985:11–13) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra.

Bila dibagankan, jenis-jenis membaca tersebut adalah sebagai berikut. 

*) disarikan dari Pembelajaran Membaca - KKG utk materi pembelajaran

INGIN membaca lebih lanjut atau DOWNLOAD tulisan ini

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme. Silogisme yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Premis adalah suatu pernyataan yang berguna sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan

Ada beberapa macam silogisme. Silogisme yang akan dipaparkan berikut ini adalah silogisme kategorial. Silogisme kategorial adalah suatu bentuk argument yang bersifat deduktif, yang mengandung tiga proposisi kategorial, yakni dua premis dan satu kesimpulan. Masing-masing premis itu yakni premis umum atau premis mayor (biasa disingkat PU), premis khusus/premis minor (PK)

Konklusi atau kesimpulan yang dirumuskan harus dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penarikan kesimpulan model deduktif ini yakni (1) premis harus benar, (2) penalaran yang menuju pada kesimpulan juga harus benar

Kriteria Silogisme
Premis Umum (PU): menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (=B)

Premis Khusus (PK): menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (=C) adalah anggota golongan tertentu itu (=A)

Kesimpulan (K): menyatakan bahwa sesuatu atau seorang itu (=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada B (=B)

Dari kriteria silogisme di atas, jika dirumuskan akan menjadi:
PU --> semua A = B
PK --> C = A
K   --> C = B

Contoh:
PU = semua buruh pertambangan memakai helm
PK = Joko buruh pertambangan
K = Joko pasti memakai helm

Silogisme Negatif
Silogisme negatif adalah silogisme yang salah satu premisnya bersifat negatif. Silogisme ini biasanya pada salah satu premisnya ditandai oleh kata-kata ingkar (bukan/tidak)
Contoh:
PU = semua penderita TBC tidak boleh merokok
PK = Budi penderita TBC
K = Budi tidak boleh merokok

Entimem
Kadang-kadang dalam berbicara, khususnya dalam mengemukakan sesuatu hal seseorang tidak ingin berpanjang lebar. Pada saat tertentu orang ingin mengemukakan secara praktis dan tepat sasaran. Dengan demikian apabila kita berpikir dengan silogisme dirasakan terlalu panjang. Oleh karena itu acapkali pembicara langsung menyatakan kesimpulannya saja dan tidak disertai dengan proposisi-proposisinya. Silogisme yang dipersingkat itulah yang disebut dengan ENTIMEM.

Rumus entimem C = B karena C = A

Contoh:
Dua contoh silogisme di atas dapat dijadikan entimem sebagai berikut
1. Joko pasti memakai helm karena Joko seorang buruh tambang
2. Budi tidak boleh merokok karena Budi penderita TBC

Penalaran Induktif

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu.
Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut sebagai logika. Logika dapat didiefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Dalam penalaran ilmiah, sebagai proses untuk mencapai kebenaran ilmiah dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya secara ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari kasus yang sifatnya umum menjadi sebuah kesmpulan yang ruang lingkupnya lebih bersifat individual atau khusus.
Penalaran Induktif
Induksi merupakan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Ada tiga bentuk penalaran induktif. Ketiga bentuk tersebut adalah (1) generalisasi, (2) analogi, dan (3) hubungan kausal

1.  Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum
Contoh generalisasi :
a.       Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
b.      Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

2. Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.


Contoh analogi
a.       Nina adalah lulusan Akademi Kemasyarakatan. Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ali adalah lulusan Akademi Kemasyarakatan. Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
b.      Eka dan Eki adalah saudara kembar. Mereka ska makan makanan yang sama, suka menonton film yang sama, dan suka memakai pakaian yang sama. Sesuatu yang menjadi idolanya juga sama. Pokoknya segala keinginan mereka hampir semuanya sama. Tono dan Tini juga saudara kembar. Bertolak dari perilaku Eka dan Eki, seorang psikolog berkesimpulan bahwa Tono dan Tini tentu mempunyai kesenangan yang tidak jauh berbeda.

3. Hubungan kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubunga. Gejala-gejala tersebut berhubungan secara sebab-akibat
Macam hubungan kausal :
a.       Sebab- Akibat.
Dalam hubungan ini, pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab, baru kemudian disimpulkan dengan akibatnya
Contoh
Budi anak yang malas. Tiap hari kerjanya hanya ramai dan suka mengganggu temannya. Pada saat jam pelajaran sedang berlangsung, ia selalu tidur di kelas. Padahal guru sering menegur. Teguran dan nasihat guru selalu diabaikan. Di rumah, ia juga tidak pernah belajar. Kesenangannya hanya bermain dan bermain. Sehingga saat ujian akhir, Budi harus puas meratapi nasibnya. Dialah satu-satunya siswa yang tidak lulus ujian.
b.      Akibat- Sebab.
Dalam hubungan ini, yang dikemukakan pada bagian awal adalah peristiwa-peristiwa yang merupakan akibat. Selanjutnya barulah dipaparkan akibatnya
Contoh
Banjir bandang melanda daerah-daerah dataran rendah. Banjir itu datang dengan tiba-tiba. Dalam sekejap, daerah itu telah tergenang air. Padahal di daerah itu tidak terjadi hujan. Tidak ada petir atau Guntur yang menggelegar. Setelah beberapa jam kemudian diketahui bahwa banjir itu datang dari daerah hulu sungai. Kabarnya, jauh sebelumnya, daerah hulu sungai hujan deras. Sungai-sungai kecil tidak mampu menampung air hujan yang mengalir. Aliran itu berkumpul menjadi banjir besar yang datang tak terduga di daerah dataran rendah.
c.       Sebab- Akibat 1 – Akibat 2.
Dalam hubungan ini, dikemukakan suatu sebab dapat menimbulkan lebih dari satu akibat. Akibat yang pertama dapat menimbulkan akibat-akibat yang lain.
Contoh:
Setiap menjelang lebaran, arus mudik sangat ramai. Seminggu sebelum lebaran penumpang sudah berjubel. Saat-saat seperti ini sudah barang tentu harus disediakan kendaraan-kendaraan cadangan untuk menampung arus penumpang. Kelebihan armada pengangkutan mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi sangat padat. Kesemrawutan arus di jalan tidak jarang menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih dari itu bahkan tidak jarang terjadi kecelakaan. Kesemrawutan, kemacetan, dan kecelakaan itu pada gilirannya akan menghambat perjalanan mudik itu sendiri.

BIBLIOGRAFI

Download Bibliografi KLIK di sini

EYD_2

Download ppt EYD_2 (kata-kata yang sering keliru)

Silakan KLIK di sini

Download PPT EYD_1


Unduh ppt EYD.1
silakan KLIK di sini

Tugas Ketiga





Maaf, tugas ke-3 juga belum ADA

Tugas Kedua

Materi kedua, adalah menulis deskripsi, baik deskripsi ekspositori maupun deskripsi impresionistik.

Silakan download dengan KLIK di sini

Tugas Pertama

Berikut adalah materi untuk minggu depan.
Silakan diunduh, file yang disimpan di ziddu (KLIK di sini)







ppt 2

Download PPT 2 (penalaran karangan ilmiah)
Silakan KLIK di sini

ppt_1

download ppt_1  (ragam bahasa)
KLIK di sini

Ciri Karangan Ilmiah

 
Pengertian Karya Ilmiah
 
Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).   

Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.  

Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu (1) mengenali dan merumuskan masalah, (2) menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis, (3) merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara, (4) menguji hipotesis, dan (5) menarik kesimpulan. 

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa hal, ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan verifikasi terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Ciri Karya Ilmiah
Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Objektif.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

2. Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

3. Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

4. Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

5. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

6.  Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).

7.  Bahasa yang digunakan adalah ragam formal. 


Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.Keduakarya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketigadalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris)  yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.


Sumber :

Penalaran dalam KI

Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup lima aspek/matra. Kelima aspek tersebut adalah:
a. Aspek keterkaitan
yaitu hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan.

b. Aspek urutan
yaitu bagaimana pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan/ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan)

c. Aspek argumentasi
yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan

d. Aspek teknik penyusunan
yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten

e. Aspek bahasa
yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?

Berikut ini secara sederhana akan dipaparkan bagaimana menulis karangan ilmiah yang mencakup bagian-bagian yang harus ada dalam sebuah karangan, yaitu: (a) pendahuluan, (b) karangka berpikir/landasan teori/tinjauan pustaka sebagai acuan untuk membahas sesuatu;  (c) penyajian hasil pembahasan atas masalah yang telah dirumuskan; dan (d) bagian penutup; menyangkut proses penalarannya.
Suatu karangan—sesederhana—apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.

a.       Pendahuluan

Tujuan utama dari pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca atas masalah yang akan dibicarakan, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang akan dibicarakan, dan menunjukkan dasar berpikir dari uraian itu.
Untuk itu, sebuah pendahuluan sekurang-kurangnya harus mengandung:

1)       Latar belakang Masalah
Ø  Berisi segala hal yang melatarbelakangi mengapa suatu topik perlu ditulis / diteliti / dibicarakan.
Ø  Mengapa topik itu penting untuk dibicarakan/dibahas
Ø  Jika mungkin ilustrasikan sejauh mana topik itu pernah dibahas oleh penulis lain dan apa istimewanya pembahasan yang akan Anda lakukan.
Ø  Tulislah semua itu didukung dengan data-data/argumen-argumen dalam paragraf-paragraf yang baik.

2)       Rumusan Masalah
Ø  Berisi butir-butir persoalan yang akan dicari pemecahannya/dibicarakan dalam karangan ilmiah itu.
Ø  Dirumuskan dalam kalimat tanya
Ø  Pertanyaan harus sistematis.
Ø  Dasar dari perumusan masalah ini adalah segala hal yang telah diuraikan dalam latar latar belakang masalah dan judul/topik karangan/penelitian.

3)       Tujuan Penulisan/Penelitian
Ø  Tujuan adalah hal yang akan dicapai lewat tulisan/penelitian yang akan dilakukan.
Ø  Berisi rumusan hal-hal yang akan dicapai lewat penelitian/penulisan karangan itu.
Ø  Disusun berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah (jika rumusan masalah 2 maka tujuan juga 2)
Ø  Rumusan tujuan harus bersifat tinjauan dan dapat diukur, (misal: mendeskripsikan, menganalisis, membandingkan, mencari hubungan)

4)       Manfaat Penelitian/Penulisan
Ø  Manfaat adalah hal yang dapat diperoleh dari penulisan/penelitian yang dilakukan
Ø  Manfaat berkaitan dengan hal yang dapat diperoleh (a) penulis/peneliti, (b) orang yang membaca, (c) pihak-pihak lain yang berkaitan dengan penulisan/penelitian itu.
Ø  Manfaat harus realistis dan dapat diukur

5)       Ruang Lingkup Penulisan/Penelitian
Ø  Berisi pembatasan permasalahn yang akan dibicarakan/diteliti, agar tidak terlalu luas
Ø  Pembatasan ini juga berfungsi untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan di luar hal yang dibicarakan/diteliti

6)       Sistematika Penyajian
Ø  Berisi sistematika/urutan hal-hal apa saja yang akan dibicarakan dalam tulisan tersebut.
Ø  Diuraikan secara umum/pokok-pokoknya saja.

b.  Landasan Teori/Tinjauan Pustaka

Jika penulisan Anda bertendensi menyajikan sesuatu yang baru, maka bisa Anda pilih adalah landasan teori. Artinya, berangkat dari teori-teori yang pernah ada (mungkin tidak tepat/sesuai benar dengan topik Anda) tetapi membantu pembahasan Anda. Tetapi jika hasil tulisan/penelitian Anda berupa teori baru, maka yang lebih tepat dipakai adalah tinjauan pustaka. Artinya, anda perlu mengkomparasikan/membandingkan dan mendeskripsikan berbagai macam teori tantang satu hal yang sama, sehingga tendensi hasil tulisan/penelitian Anda akan melengkapi/memperbaiki/justru membantah teori yang pernah ada.
Sekedar catatan tambahan; jika yang Anda lakukan adalah penelitian maka sebelum Landasan Teori /Tinjauan Pustaka ini perlu ada METODOLOGI PENELITIAN. Tetapi mengingat yang kita bicarakan sekarang ini adalah penalaran karangan ilmiah yang SEDERHANA, metodologi penelitian tidak akan dibicarakan!
Ø  Landasan teori merupakan garis-garis pokok yang akan dijadikan pedoman untuk membahas masalah yang telah Anda rumuskan dalam Pendahuluan
Ø  Teori dipilih berdasarkan topik yang akan ditulis/diteliti.
Ø  Teori bermanfaat untuk menuntun cara kerja/alat untuk memahami objek penulisan/penelitian (pisau analisis)
Ø  Teori dapat diperoleh dari:
q Membuat konklusi/kesimpulan dari berbagai pendapat/sumber
q Mengambil/mengadaptasi beberapa teori yang sudah ada dengan pertimbangan tertentu
q Berbagai buku/referensi (suratkabar/majalah/internet) yang membahasa hal sesuai dengan topik tulisan Anda
Ø  Teori BUKAN menyalin/mengkopi buku/sumber, tetapi membahasakan kembali sumber teori dengan bahasa Anda sendiri. Sehingga tanggung jawab atas kebenaran teori itu adalah tanggung jawab Anda sendiri sebagai penulis/peneliti
Ø  Untuk menjamin keilmiahan, sumber yang Anda acu harus dicantumkan



b.      Metode Penelitian

Ø  Metode penelitian merupakan penuntun dan langkah kerja ketika orang melakukan penelitian
Ø  Metode penelitian umumnya terdiri atas: jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian
Ø  Waktu dan tempat penelitian
Ø  Prosedur (langkah-langkah penelitian
Ø  Teknik pengumpulan data
Ø  Teknik analisis data
Ø  Semua bagian-bagian di atas perlu diberi penjelasan atau argument-argemen

c.  Pembahasan
Ø  Berdasarkan teori yang telah Anda susun, mulailah pembahasan atas masalah yang akan Anda cari pemecahannya.
Ø  Dasar dari pembahasan adalah rumusan masalah yang telah Anda rumuskan dalam Pendahuluan
Ø  Dengan kata lain, pembahasan adalah jawaban dari rumusan masalah secara terurai dan detail, lengkap dengan bukti-bukti dan alasan-alasan.
Ø  Buat uraian dalam pembahasan secara sistematis dan mudah dipahami.

d.  Penutupan
Ø  Berisi kesimpulan atas pembahasan yang telah Anda lakukan. Jika pembahasan kita maknai sebagai jawaban rumusan masalah secara detail dan terurai; maka kesimpulan adalah jawaban rumusan masalah secara singkat/umum.
Ø  Penutupan juga berisi SARAN yang dapat Anda kemukakan sehubungan dengan pembahasan yang telah Anda lakukan.
Ø  Saran juga bisa diberikan kepada orang yang akan menulis/meneliti lebih lanjut topik yang sudah Anda bahas.
Ø  Saran juga bisa berupa rekomendasi/usulan bagi pihak-pihak yang terkait dengan topik penulisan/penelitian Anda.

e.  Daftar Pustaka/Bibliografi
Ø  Daftar pustaka berisi segala buku/referensi yang Anda acu selama melakukan penulisan/penelitian.
Ø  Daftar pustaka ditulis dengan sistematika tertentu. Untuk kali ini, mengingat mat5eri ini sudah cukup rumit; maka teknik penulisan daftar pustaka akan diberikan pada kesempatan yang lain.
Ø  Daftar pustaka HANYA berisi referensi yang BENAR-BENAR Anda acu. Jangan menulis referensi yang tidak BENAR-BENAR Anda acu!