Tugas Ketiga





Maaf, tugas ke-3 juga belum ADA

Tugas Kedua

Materi kedua, adalah menulis deskripsi, baik deskripsi ekspositori maupun deskripsi impresionistik.

Silakan download dengan KLIK di sini

Tugas Pertama

Berikut adalah materi untuk minggu depan.
Silakan diunduh, file yang disimpan di ziddu (KLIK di sini)







ppt 2

Download PPT 2 (penalaran karangan ilmiah)
Silakan KLIK di sini

ppt_1

download ppt_1  (ragam bahasa)
KLIK di sini

Ciri Karangan Ilmiah

 
Pengertian Karya Ilmiah
 
Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).   

Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.  

Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu (1) mengenali dan merumuskan masalah, (2) menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis, (3) merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara, (4) menguji hipotesis, dan (5) menarik kesimpulan. 

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa hal, ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan verifikasi terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Ciri Karya Ilmiah
Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Objektif.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

2. Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

3. Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

4. Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

5. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

6.  Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).

7.  Bahasa yang digunakan adalah ragam formal. 


Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.Keduakarya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketigadalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris)  yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.


Sumber :

Penalaran dalam KI

Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup lima aspek/matra. Kelima aspek tersebut adalah:
a. Aspek keterkaitan
yaitu hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan.

b. Aspek urutan
yaitu bagaimana pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan/ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan)

c. Aspek argumentasi
yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan

d. Aspek teknik penyusunan
yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten

e. Aspek bahasa
yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?

Berikut ini secara sederhana akan dipaparkan bagaimana menulis karangan ilmiah yang mencakup bagian-bagian yang harus ada dalam sebuah karangan, yaitu: (a) pendahuluan, (b) karangka berpikir/landasan teori/tinjauan pustaka sebagai acuan untuk membahas sesuatu;  (c) penyajian hasil pembahasan atas masalah yang telah dirumuskan; dan (d) bagian penutup; menyangkut proses penalarannya.
Suatu karangan—sesederhana—apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.

a.       Pendahuluan

Tujuan utama dari pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca atas masalah yang akan dibicarakan, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang akan dibicarakan, dan menunjukkan dasar berpikir dari uraian itu.
Untuk itu, sebuah pendahuluan sekurang-kurangnya harus mengandung:

1)       Latar belakang Masalah
Ø  Berisi segala hal yang melatarbelakangi mengapa suatu topik perlu ditulis / diteliti / dibicarakan.
Ø  Mengapa topik itu penting untuk dibicarakan/dibahas
Ø  Jika mungkin ilustrasikan sejauh mana topik itu pernah dibahas oleh penulis lain dan apa istimewanya pembahasan yang akan Anda lakukan.
Ø  Tulislah semua itu didukung dengan data-data/argumen-argumen dalam paragraf-paragraf yang baik.

2)       Rumusan Masalah
Ø  Berisi butir-butir persoalan yang akan dicari pemecahannya/dibicarakan dalam karangan ilmiah itu.
Ø  Dirumuskan dalam kalimat tanya
Ø  Pertanyaan harus sistematis.
Ø  Dasar dari perumusan masalah ini adalah segala hal yang telah diuraikan dalam latar latar belakang masalah dan judul/topik karangan/penelitian.

3)       Tujuan Penulisan/Penelitian
Ø  Tujuan adalah hal yang akan dicapai lewat tulisan/penelitian yang akan dilakukan.
Ø  Berisi rumusan hal-hal yang akan dicapai lewat penelitian/penulisan karangan itu.
Ø  Disusun berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah (jika rumusan masalah 2 maka tujuan juga 2)
Ø  Rumusan tujuan harus bersifat tinjauan dan dapat diukur, (misal: mendeskripsikan, menganalisis, membandingkan, mencari hubungan)

4)       Manfaat Penelitian/Penulisan
Ø  Manfaat adalah hal yang dapat diperoleh dari penulisan/penelitian yang dilakukan
Ø  Manfaat berkaitan dengan hal yang dapat diperoleh (a) penulis/peneliti, (b) orang yang membaca, (c) pihak-pihak lain yang berkaitan dengan penulisan/penelitian itu.
Ø  Manfaat harus realistis dan dapat diukur

5)       Ruang Lingkup Penulisan/Penelitian
Ø  Berisi pembatasan permasalahn yang akan dibicarakan/diteliti, agar tidak terlalu luas
Ø  Pembatasan ini juga berfungsi untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan di luar hal yang dibicarakan/diteliti

6)       Sistematika Penyajian
Ø  Berisi sistematika/urutan hal-hal apa saja yang akan dibicarakan dalam tulisan tersebut.
Ø  Diuraikan secara umum/pokok-pokoknya saja.

b.  Landasan Teori/Tinjauan Pustaka

Jika penulisan Anda bertendensi menyajikan sesuatu yang baru, maka bisa Anda pilih adalah landasan teori. Artinya, berangkat dari teori-teori yang pernah ada (mungkin tidak tepat/sesuai benar dengan topik Anda) tetapi membantu pembahasan Anda. Tetapi jika hasil tulisan/penelitian Anda berupa teori baru, maka yang lebih tepat dipakai adalah tinjauan pustaka. Artinya, anda perlu mengkomparasikan/membandingkan dan mendeskripsikan berbagai macam teori tantang satu hal yang sama, sehingga tendensi hasil tulisan/penelitian Anda akan melengkapi/memperbaiki/justru membantah teori yang pernah ada.
Sekedar catatan tambahan; jika yang Anda lakukan adalah penelitian maka sebelum Landasan Teori /Tinjauan Pustaka ini perlu ada METODOLOGI PENELITIAN. Tetapi mengingat yang kita bicarakan sekarang ini adalah penalaran karangan ilmiah yang SEDERHANA, metodologi penelitian tidak akan dibicarakan!
Ø  Landasan teori merupakan garis-garis pokok yang akan dijadikan pedoman untuk membahas masalah yang telah Anda rumuskan dalam Pendahuluan
Ø  Teori dipilih berdasarkan topik yang akan ditulis/diteliti.
Ø  Teori bermanfaat untuk menuntun cara kerja/alat untuk memahami objek penulisan/penelitian (pisau analisis)
Ø  Teori dapat diperoleh dari:
q Membuat konklusi/kesimpulan dari berbagai pendapat/sumber
q Mengambil/mengadaptasi beberapa teori yang sudah ada dengan pertimbangan tertentu
q Berbagai buku/referensi (suratkabar/majalah/internet) yang membahasa hal sesuai dengan topik tulisan Anda
Ø  Teori BUKAN menyalin/mengkopi buku/sumber, tetapi membahasakan kembali sumber teori dengan bahasa Anda sendiri. Sehingga tanggung jawab atas kebenaran teori itu adalah tanggung jawab Anda sendiri sebagai penulis/peneliti
Ø  Untuk menjamin keilmiahan, sumber yang Anda acu harus dicantumkan



b.      Metode Penelitian

Ø  Metode penelitian merupakan penuntun dan langkah kerja ketika orang melakukan penelitian
Ø  Metode penelitian umumnya terdiri atas: jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian
Ø  Waktu dan tempat penelitian
Ø  Prosedur (langkah-langkah penelitian
Ø  Teknik pengumpulan data
Ø  Teknik analisis data
Ø  Semua bagian-bagian di atas perlu diberi penjelasan atau argument-argemen

c.  Pembahasan
Ø  Berdasarkan teori yang telah Anda susun, mulailah pembahasan atas masalah yang akan Anda cari pemecahannya.
Ø  Dasar dari pembahasan adalah rumusan masalah yang telah Anda rumuskan dalam Pendahuluan
Ø  Dengan kata lain, pembahasan adalah jawaban dari rumusan masalah secara terurai dan detail, lengkap dengan bukti-bukti dan alasan-alasan.
Ø  Buat uraian dalam pembahasan secara sistematis dan mudah dipahami.

d.  Penutupan
Ø  Berisi kesimpulan atas pembahasan yang telah Anda lakukan. Jika pembahasan kita maknai sebagai jawaban rumusan masalah secara detail dan terurai; maka kesimpulan adalah jawaban rumusan masalah secara singkat/umum.
Ø  Penutupan juga berisi SARAN yang dapat Anda kemukakan sehubungan dengan pembahasan yang telah Anda lakukan.
Ø  Saran juga bisa diberikan kepada orang yang akan menulis/meneliti lebih lanjut topik yang sudah Anda bahas.
Ø  Saran juga bisa berupa rekomendasi/usulan bagi pihak-pihak yang terkait dengan topik penulisan/penelitian Anda.

e.  Daftar Pustaka/Bibliografi
Ø  Daftar pustaka berisi segala buku/referensi yang Anda acu selama melakukan penulisan/penelitian.
Ø  Daftar pustaka ditulis dengan sistematika tertentu. Untuk kali ini, mengingat mat5eri ini sudah cukup rumit; maka teknik penulisan daftar pustaka akan diberikan pada kesempatan yang lain.
Ø  Daftar pustaka HANYA berisi referensi yang BENAR-BENAR Anda acu. Jangan menulis referensi yang tidak BENAR-BENAR Anda acu!

Kalimat berOBJEK dan berPELENGKAP


01. Pengantar

            Setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaktis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat.

            Fungsi sintaktis utama dalam bahasa adalah predikat (P), subjek (S), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Di samping itu ada fungsi lain seperti atributif (yang menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan secara setara), dan subordinatif (yang menggabungkan secara bertingkat), yang akan dibicarakan dalam pembahasan tentang kalimat majemuk.

            P sering disebut sebagai pusat kalimat, sedangkan S merupakan pendamping P. Dalam bahasa Indonesia, S biasanya terletak di muka P. Unsur O dan Pel merupakan unsur lain dalam kalimat di samping S dan P. Pel. sering pula disebut dengan istilah komplemen.

02. Perbedaan Antara Objek dan Pelengkap

            Objek (O) dan Pelengkap (Pel) merupakan unsur pendamping P di samping S. Orang sering bingung membedakan antara O dan Pel. Hadirnya S, O, maupun Pel sangat tergantung pada jenis dan kodrat P yang menjadi pusat kalimat. Berikut ini akan dipaparkan perbedaan antara O dan Pel.

a. Objek (O)

            O bisa dikenali lewat dua cara, yaitu (1) dengan melihat jenis P-nya, dan (2) dengan memperhatikan ciri khas O itu sendiri. Dengan melihat jenis P-nya, dapat dikatakan bahwa P berstatus aktif dan transitif. P yang berstatus aktif-transitif tersebut sering ditandai dengan  afiks -kan, -i, dan per-. Dengan melihat ciri khas objek itu sendiri dapat dirinci sebagai berikut: (a) kategori katanya berupa nomina (kt. benda), (b) berada langsung di belakang kata kerja aktif transitif tanpa preposisi (kata depan), (c) dapat menjadi S dalam kalimat pasif, dan (d) dapat diganti dengan -nya, -ku, dan -mu. Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh kalimat berikut ini.
1. (a) Ibu menanak nasi.
                       S        P         O
(b) Nasi ditanak ibu. (pasif)
                        S          P      O
(c) Ibu menanaknya.
            Jika diperhatikan kalimat 1(a) di atas nasi berkedudukan sebagai O, karena termasuk kata benda, bisa dipasifkan dan berkedudukan sebagai S, dan dapat diganti dengan -nya.

b. Pelengkap (Pel.)

            Pel. sering dicampuradukkan dengan O. Hal ini sering terjadi mengingat Pel ada kemiripan dengan O. Baik O maupun Pel sering berwujud nomina (kt. benda), dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang kata kerja. Tetapi ada ciri khas Pel. yang membedakannya dengan O. Ciri khas tersebut adalah (a) Pel. bisa berupa kata benda, kata kerja, maupun kata sifat., (b) Pel. selalu berada di belakang kata kerja semitransitif atau dwitransitif dan dapat didahului oleh preposisi (kata depan), (c) kalimat yang ber-Pel. tidak dapat dipasifkan; seandainya dapat Pel. tidak akan menduduki jabatan S, (d) Pel. tidak dapat diganti dengan -nya; kecuali jika didahului oleh proposisi selain di, ke, dari, dan akan. Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat berikut.

2 (a) Hal ini merupakan masalah penting.
                        S              P                 Pel.
(b) *) Masalah penting hal ini merupakan. (tidak gramatikal)
(c) *) Hal  ini merupakan masalahnya. (tidak gramatikal)

            Dari contoh kalimat 2 (a) di atas tampak jelas bahwa masalah penting merupakan Pel. karena kalimat tersebut tidak dapat dipasifkan dan tidak dapat diganti dengan -nya.

03. Kesimpulan

            Untuk lebih jelasnya perhatikan matrik perbedaan antara O dan Pel berikut ini

No.
Objek
Pelengkap
1
kategori katanya berupa kata benda
Kategori katanya bisa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
2
berada langsung di belakang kata kerja aktif transitif tanpa preposisi
berada di belakang kata kerja semitransitif atau dwitransitif, dan dapat didahului oleh preposisi.
3
dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
kalimatnya tidak dapat dipasifkan, jika dapat pelengkap tidak dapat menduduki jabatan subjek
4
dapat diganti dengan -nya
tidak dapat diganti dengan -nya, kecuali jika didahului oleh preposisi selain di, ke, dari, dan akan.

Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

A. Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini. 

1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)

2. Tidak terdapat subjek yang ganda

Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal

Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.

4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut.

a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.


B. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. 

Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

C. Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.(Penekanannya ialah presiden mengharapkan.)

Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (Penekanannya Harapan presiden).

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

2. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.


D. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. Perhatikan contoh:
a. Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

a. Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.

4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku                           Bentuk Baku
para tamu-tamu                                    para tamu
beberapa orang-orang                          beberapa orang


E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat 1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.


F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.

Silakan Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.


2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.

Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.


G. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Perhatikan kalimat di bawah ini.
1. Waktu dan tempat kami persilakan.
2. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.

Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1. Bapak Menteri kami persilakan.
2. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
5. Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.