01. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Sesuai dengan asas praduga tak bersalah, tersangka pada hakikatnya secara psikologis sudah dicap terpidana, karena adanya pemberitaan pers yang mengutip tuduhan jaksa penuntut umum dalam proses pemeriksaan. Memang jaksa adalah satu-satunya aparat penegak hukum yang mempunyai wewenang menuduh tersangka melakukan tindak pidana seperti yang dirumuskan dalam surat tuduhan berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan polisi. Bagaimanapun tuduhan jaksa dengan pasal-pasal dan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa tersangka pantas dijatuhi pidana, namum majelis hakim sesuai dengan kebebasannya yang mendasari keyakinan dan kebenaran hukum, tidak boleh begitu saja terpengaruh. Hakim harus mampu memberikan keputusan yang seadil-adilnya. Dalam hal ini dituntut keberanian dan keyakinan yang tinggi dan tanggung jawab yang besar terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Gagasan tentang tersangka yang sudah dicap terpidana, tentang wewenang jaksa menuduh tersangka, tentang hakim yang tidak boleh terpengaruh oleh tuntutan jaksa, tentang kemampuan hakim, tetang tanggung jawab hakim; dijalin sedemikian rupa dalam kalimat-kalimat yang membentuk sebuah kesatuan. Inilah yang dinamakan paragraf.
2. Kegunaan Paragraf
Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru). Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
Dalam pertarungan matador yang resmi, biasanya ada enam ekor banteng yang dibunuh oleh tiga orang laki-laki. Setiap laki-laki membunuh dua ekor banteng. Banteng itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: berumur 4-5 tahun, tidak cacat, dan telah mempunyai tanduk yang runcing serta bagus. Banteng-banteng ini telah diperiksa oleh dokter hewan setempat sebelum bertanding. Dokter hewan berhak menolak banteng yang tidak memenuhi syarat, misalnaya: masih di bawah umur, tanduk masih lemah, ada kelainan di mata, atau penyakit yang nyata kelihatan.
Laki-laki yang bertugas membunuh mereka disebut matador. Pilihan banteng yang akan mereka bunuh tergantung hasil undian. Setiap matador mempunyai tiga orang candrilla yang terdiri dari 5-6 orang yang dibayar dan diperintah oleh matador. Tiga dan lima/enam orang tersebut menolongnya di lapangan, dengan memakai mantel tanpa lengan dan atas perintahnya menempatkan banderillas yaitu kayu yang panjangnya 3 kaki dengan ujung yang tajam dan berbentuk garpu yang disebut peones atau banderilleros. Yang dua lagi dinamakan picadors, mereka muncul dengan menunggang kuda di arena.
(Earnest Hemingway, The Bullfight)
Dari contoh di atas dapat dilihat peralihan antara paragraf pertama dan paragraf kedua. Paragraf pertama bercerita tentang banteng; sedangkan paragraf kedua tentang laki-laki yang bertugas membunuh banteng (matador). Paragraf pertama dan paragraf kedua pun terlihat berhubungan erat.
Kegunaan lain dari paragraf ialah untuk menambah hal-hal yang penting untuk memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf terdahulu. Untuk lebih jelasnya, perhatikan pula contoh berikut ini
Tanda-tanda lalu lintas agaknya sudah dijadikan sebagai simbol (lambang) yang berlaku di mana-mana dan mudah dipahami. Setiap pengendara atau masyarakat mengetahui arti dan fungsinya. Sekarang timbul pertanyaan, apakah sebetulnya simbol itu? Dengan singkat dapat dikatakan bahwa simbol ialah sesuatu yang pengandung arti lebih dari yang terdapat dalam fakta. Di sekeliling kita banyak simbol-simbol yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.
Simbol yang pemakaiannya begitu umum terdapat juga dalam puisi. Bahkan dalam puisi, pemakaian simbol cukup dominan. Justru di sinilah letak unsur seninya, karena simbol itu menyarankan suatu arti tertentu. Pemakaian simbol itu erat sekali hubungannya dengan tujuan penyair untuk menyuarakan sesuatu secara tepat yang berkaitan erat dengan pengimajiannya.
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan paragraf pertama dan memberikan contoh yang spesifik penggunaan simbol dalam bidang lain yaitu puisi.
0 comments:
Posting Komentar